Inside Look: Bangkitnya Laskar89 – Tentara Siber Indonesia yang Kontroversial


Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan kebangkitan kelompok kontroversial yang dikenal dengan nama Laskar89. Kelompok ini, yang juga disebut sebagai tentara siber Indonesia, terkenal karena aktivitas daringnya, mulai dari menyebarkan propaganda hingga melancarkan serangan siber terhadap orang-orang yang dianggap sebagai musuh negara.

Laskar89 pertama kali mendapat perhatian pada tahun 2018 saat kampanye pemilihan presiden yang memanas di Indonesia. Kelompok ini dituduh menyebarkan berita palsu dan disinformasi dalam upaya mempengaruhi opini publik yang berpihak pada Presiden petahana Joko Widodo. Beberapa analis percaya bahwa Laskar89 memainkan peran penting dalam kemenangan terpilihnya kembali Widodo, meskipun kelompok tersebut menyangkal keterlibatan langsung dalam pemilu tersebut.

Terlepas dari taktiknya yang kontroversial, Laskar89 memiliki banyak pengikut di media sosial, dengan ribuan pengikut di platform seperti Twitter dan Telegram. Para anggota kelompok ini dikenal karena kesetiaan mereka yang kuat kepada Widodo dan kesediaan mereka untuk membelanya dari kritik atau serangan apa pun dari lawan-lawan politiknya.

Namun, aktivitas Laskar89 juga menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak propaganda dan disinformasi online terhadap demokrasi Indonesia. Kritikus berpendapat bahwa taktik kelompok tersebut merusak integritas proses pemilu dan mengancam kebebasan berbicara dan berekspresi.

Selain menyebarkan propaganda, Laskar89 juga dituduh melancarkan serangan siber terhadap kritikus pemerintah dan tokoh oposisi. Pada tahun 2020, kelompok ini terlibat dalam serangkaian serangan siber terhadap organisasi media dan aktivis hak asasi manusia yang kritis terhadap pemerintahan Widodo.

Terlepas dari kontroversi ini, Laskar89 terus beroperasi dengan impunitas, berkat kedekatannya dengan pemerintah Indonesia. Beberapa analis percaya bahwa kelompok tersebut menerima dukungan dan pendanaan dari pejabat pemerintah yang melihatnya sebagai alat yang berharga untuk memajukan agenda politik mereka.

Saat Indonesia bersiap menghadapi pemilihan presiden berikutnya pada tahun 2024, kebangkitan Laskar89 menimbulkan pertanyaan penting tentang peran media sosial dan aktivisme online dalam membentuk lanskap politik negara. Akankah pengaruh kelompok ini terus tumbuh, atau akankah mereka menghadapi pengawasan dan pertentangan yang lebih besar dari pihak-pihak yang berupaya membela demokrasi dan kebebasan berpendapat di Indonesia?

Hanya waktu yang akan menjawabnya, namun satu hal yang jelas: Laskar89 adalah kekuatan yang harus diperhitungkan dalam lingkungan politik Indonesia yang semakin terpolarisasi dan bergejolak. Apakah ini akan menjadi kekuatan positif atau negatif masih harus dilihat.